Masyarakat Desa Srigading Kecamatan Sanden Bantul, Ahad (5/2), mengelar ritual budaya Labuhan Jalanidhi di Pantai Samas. Sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan dan memohon agar para nelayan diberi limpahan hasil laut. Ritual budaya ini digelar sejak tahun 2001, dilaksanakan bertepatan degan hari Ahad Pon bulan Suro dalam kalender jawa dan menjadi agenda wisata tahunan Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul.
Prosesi dimulai pukul 09.00 WIB bertempat di Balai Desa Srigading, sesaji utama berupa kepala Kerbau diarak dengan berjalan kaki menuju Pantai Samas yang berjarak 4 KM. Arak-arakan diawalai pemain musik khas prajurit kraton. Lurah Desa Srigading Suharjono BA didampingi sesepuh desa turut berjalan kaki dibarisan berikutnya. Selanjutnya diikuti iring-iringan sesaji yang dibawa oleh siswa SMK 1 Kelautan Sanden dan marching band siswa-siswi di Kecamatan Sanden. Sepanjang rute arak-arakan, masyarakat dengan antusias menyaksikan.
Sesampainnya di Pantai Samas, berbagai sesaji ditempat di panggung. Kemudian para sesepuh dengan khusyuk mempinpin doa, memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar masyarakat Desa Srigading khususnya para nelayan diberi limpahan hasil laut. Selanjutnya, masyarakat disuguhi tontonan menarik yakni Tari Gambyong dan kesenian Campur Sari.
Sementara itu, Bupati Bantul Drs HM Idham Samawi yang turut hadir di Pantai Samas dalam sambutannya mengatakan bahwa Pemkab Bantul memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada warga Desa Srigading yang tetap melestarikan budaya tradisional. "Dimana bumi dipijak disitu bumi dijunjung, kita hidup dan berpijak di bumi Jawa sepatutnya kita menjunjung tinggi budaya Jawa", kata Bupati Bantul.
Tepat pukul 12.00 WIB prosesi dilanjutkan, sesaji disiapkan untuk dilarung. Tiga orang Penari Gambyong dengan membawa tambir berisi sesaji mengawali iring-iringan. Dikuti Bupati Bantul dan Lurah Desa Srigading. Sedangkan sesaji Mustaka Mahesa diurutan berikutnya.
Ditepi pantai, salah satu sesaji berupa 2 ekor ayam dilepas Bupati Bantul dan Lurah Desa Srigading. Masyarakat langsung berebut menangkap ayam tersebut. Selanjutnya sesaji Mustaka Mahesa, buah-buahan, ketan berbagai warna dan bunga dimuat ke perahu nelayan. Secara bergotongroyong para nelayan mendorong perahu ke laut. Sejumlah 6 perahu melaut, dengan berani para nelayan menerjang keganasan ombak untuk mengantar sesaji bagi penguasa Segoro Kidul.
http://bantulbiz.com/id/bizpage_budaya/id-253.html
Read more